Subscribe to RSS Feed

GAYA DAN ETIKA PERGAULAN BANGSA INI

Sunday 28 December 2008 by Zulmaidi

Anak muda edentik dengan pergaulan. Perngaulan memiliki handle besar dari pembentukan karakter, watak, sikap, perilaku dari setiap anak bangsa ini khususnya kaum muda. Dan pergaulan jugalah yang mampu menciptakan tokoh – tokoh muda yang akan menjadi cikal bakal tokoh – tokoh tua akan menjadi manusia yang tak berakhlak, tak beridealis, tak bermoral, tak berkarakter positif, dan juga akan menjadi tokoh – tokoh penghancur negara ini, dengan sangat pelan dan berlahan mengerogoti negara yang sudah mulai rapuh. Gambaran nyatanya adalah penjabat pemerintahan dan wakil – wakil rakyat serta pengusaha – pengusaha yang rakus akan duniawi. Ataupun sebaliknaya pergaulan yang sehat bisa membawa negara ini melalui para pemuda – pemudinya ke tingkat kejayaan, ketingkat yang termakshur yaitu menjadi salah satu negara yang disegani, dihormati, dan menjadi contoh atau teladan bagi negara – negara lain yang menginginkan kemakmuran, kesejahteraan dan kejayaan.

Pergaulan tak lepas dari suatu obrolan, canda (joke). Pertanyaannya adalah obrolan apa yang dibutuhkan dalam suatu pergaulan agar kita tak menjadi manusia yang tak bernilai atau tak bermutu agar mampu mencetak generasi – generasi muda yang sehat rohaninya, bermutu yang insyallah bakal menjadi generasi tua dan bakal menjadi nakhoda bagi negara ini menuju kearah kejayaan, kemakmuran, kesejahteraan dll. Ataukah pergaulan yang sekarang sudah menjadi suatu tren dimana berisi obrolan – obrolan tak bermutu, tak berkarakter yang berbau ejekan, cacian secara langsung, perendahan martabat manusia, kesombongan, khayalan, narsis yang semuanya kosong, hampa yang sebagian besar topik dari pergaulan (obrolan) anak muda sekarang adalah bullshit ga mutu, tak berintelegensi, yang sudah mendarah daging dikalangan para pemuda kita, hal tersebut bukan suatu bentuk hinaan, ejekan ataupun sindiran itu telah menjadi suatu sapaan yang mengikat dan mempererat keakraban antar mereka sungguh ironis benar hal ini terjadi dinegara kita yang tercinta ini indonesia. Gambaran nyatannya adalah acara televisi ”four eyes”. Yang terbukti acara tersebut laris manis yang bagi kalangan masyarakat yang menggambarkan wajah negara ini.

Sama sekali tak bisa dibandingkan dengan gaya barat ato pergaulan barat, dimana mereka sering kali menguanakan ungakapan (slang) yang mengasah otak untuk dipecahkan, yang memiliki makna dalam. Inilah cara mereka menyampaikan maksud dari suatu obrolan. Menyapaikan Sutau ungkapan yang menyindir dengan mengunakan slang yang bergaya dengan bahasa tingkat tinggi. Yang acap kali mereka tak sadar atau lambat menyadari bahwa itu adalah suatu ejekan, ataupun sindiran yang kalau dipikir secara mendalam cukup mengena ke sasaran. Inilah gaya bahasa mereka yang mampu membuat lawan bicaranya tak sadar akan semua itu, luar biasa! kata – kata diracik sedemikian rupa hingga menjadi suatu untaian kalimat yang indah dan cantik didengar.

Baca Selanjutnya Bro/Sis.....
1 comments

PANGGILAN JIWA SEORANG IBU

Friday 26 December 2008 by Zulmaidi


PANGGILAN JIWA SEORANG IBU

Ibuku sayang rasa rindu ku pada mu teramat besar, aku ingin memelukmu, merangkul mu seperti masa kecil aku dulu, aku ingin menangis dipelukan mu, dan tertidur pulas. Aku ingin merangkulmu sehangat, se-erat engkau merangkul aku pada masa kecil dulu penuh kasih sayang, harapan yang besar terhadap aku anakmu. Aku ingin merangkulmu ibuku sayang, aku inigin menumpahkan semua kerinduan ini padamu ibuku sayang. Engkaulah satu – satunya harapanku untuk bisa bertahan didunia ini, engkaulah alasanya aku tetap ada dunia ini, untuk bisa terus berjuang meniti kehidupan ini. Ibu ku yang penuh dengan kesabaran dalam menjagaku, memiliharaku, merawatku jika aku sakit, membesarkan hatiku jika aku kalah, merangkul ku pada saat aku jatuh (dalam prestasi sekolah), mendidik aku bila aku salah. Oh ibu. Engkau korbankan segalanya demi anakmu, demi anakmu, demi secercik senyum diwajah anak mu, demi tawa lepas anak mu, demi paras bahagia diwajah anak mu. Engkau berikan pakaian baru untuk anakmu walaupun engkau tak punya pakaian yang pantas untuk di pakai, itu semua demi anak mu, demi kebahagian anakmu. Engakau hanya mengenakan pakaian usang, kusah yng telah dibeli bertahun – tahun lalu yang tak pantas di pakai. Kadangkala engkau berani menentang suamimu hanya demi kepuasan anak mu, luar biasa besar kasih sayang mu ibu, luar biasa besar dedikasimu, luar biasa besar tanggung jawabmu. Aku yakin tak akan bisa membalas semua yang telah engkau berikan padaku anak mu. Tapi aku akan berusaha membuatmu senang, senyum, tertawa, bahagia, hingga bisa melupakan sejenak semua penderitaanmu, kesediahanmu, kelelahanmu, keletihanmu selama memelihara, menjaga, melindungiku anakmu..

Pada saat mengandungku dulu engkau dengan rela dan sabar menahan beban diperutmu selama hampir 9 bulan, aku tak bisa bayangkan bagaimana letihnya kau, bagaimana penatnya kau, bagaimana menderitanya kau, belum lagi aku tambah penderitaan mu dengan menendang – nendang perutmu, kadang kala pada saat kau tertidur pulas dimalam hari, aku menendang perut mu hingga kau tak bisa terrtidur dimalam itu, tapi engkau tetap sabar, tenang, tak ada sedikitpun kemarahan, kejengkelan, kekecewaan, keputus asan di wajahmu, malah sebaliknya engkau bahagia karena engkau merasa aku anakmu akan segera lahir kedunia ini, akan lahir harapan baru bagimu (itu hanya sebuah harapan yang belum tentu harapan tersebut bisa di pikul dan tanggung oleh ku anakmu) tapi kau tetap bahagia. Hari itupun tiba, hari dimana aku akan melihat dunia yang penuh gemerlap ini, hari kelahiran ku, pada saat tangisan pertama ku mengema disetiap lorong rumah sakit, pada saat itu juga terlihat secercah cahaya diwajahmu, terlihat senyum diwajahmu, senyum puas, kepuasan, kebahagian, doa, begitu banyak arti dan makna dari senyum mu itu, walaupun aku anakmu tak pernah merasa membuatmu tersenyum , tak pernah merasa membuat engkau bahagia pada saat aku dikandunganmu ibuku sayang, luar biasa engkau ibu, engkau adalah manusai terhebat yang pernah diciptakan didunia ini. Tak sampai situ saja aku menjiksa mu, pada saat aku bayi aku bangunkan engkau ditengah malam buta dengan rengekan keras yang mengema memekakkan telinga tapi engkau tetap sabar, tenang, dalam menenangkan ku dari mimpi burukku. Begitu banyak kisah –kisah lainnya yang tak bisa dituliskan karena akan membutuhkan waktu dan kertas ber rim2 yang membuktikan keluar biasa’an mu dalam mendidik aku ibuku sayang, insyalah suatu saat akan kutulis menjadi sebuah buku untuk mu ibu.

Dan engakau ayah, ayak ku engakau bekerja banting tulan, hanya demi keluarga mu, dmei mengepulnya asap didapur, dmei anak istru mubisa makan walaupun hanay sesuap nasi. Engkau tak kenal lelah, engkau tak kenal letih, engaku tak kenal sakit walaupun engkau sakit pada saat itu, yang ada di benak dan pikiran mu hanya mencari nafkah untuk anak dan isterimu karena itu adaalha tanggung jawabmu, menyekolahkan anakmu sampai sarjana, agar merekan anak mu lebih biak dari mu kelak, agan mereka anak mu lebih pintar dari mu, agar mereka tak menderita pada saat mencari nafkah seperti mu, bangun pagi, pulang malam, menahan ngantuk pada saat shift malam, dihutan belantara jauh dri keluarga, engkau tak ingin anakmu seperti engaku dalam mencari nafkah. Engkau terapkan didikan keras karena menurut engkau itulah yang terbaik buat mereka, karena didikan seperti itulah yang akan membentuk karakter mereka aku anak mu, didalam lingkungan yang keras pula. Engakau didik kami dalam kecerdasan menyiasati hidup ini. Luar biasa jasamu ayah.

Sekarang ibu, ayah, pasti merasa sedih karena dirumah tak ada lagi canda tawa seperti dulu lagi, sesering dulu lagi, sekarang engkau hanya bertiga dengan si fajar anak terakhirmu adiek ku, tak seramai dulu lagi. Karena kami telah pergi mencari ilmu sesuai dengan harapan mu untuk persiapan hidup ini, kami harap engkau ibu ayah bisa maklumi hal ini, sebab ini adalah siklus kehidupan, kadang kala ada tawa kadangkala ada tangis, kadangkala ada keramaian kadangkala ada kesepian. Tapi keramaian dulu tak akan hilang dari hati, jiwa dan pikirna kami, itu tetap ada di hati, jiwa kami dan itu tetap terus hidup. Janganlah engkau besedih, tetaplah seperti dulu, sesemangat dahulu, sebahagia dahulu, seceria dahulu, dan insyallah kami tetap seperti dahulu pula, sekocak dulu, selucu dulu walaupun udah pada tua (heee...), dan semua perasaan itu tak akan berkurang sedikti pun bahkan akan bertambah seiring bertambahnaya waktu karena kalian adalah orang tua kami, kalian satu – satunya alasan kami ada didunia ini, satu – satu alasan kami tetap bersemangat dan tetap berusaha berjuang mencapai harapan – harapan yang telah kalian harapkan pada saat saat kami lahir kedunia ini, saat masa kecil dulu dan semua doa – doa yang telah engkau ucapkan, kami berusaha menjadi apa yang engkau ibu ayah harapkan. Insyallah.

Baca Selanjutnya Bro/Sis.....
0 comments

Followers

Pages

Sample Text

apalah
Powered By Blogger