Subscribe to RSS Feed

Sang Fajar mengintip di Ufuk timur

Saturday 20 March 2010 by Zulmaidi


Tanggal 20 Maret 2010
Cerpen
Sang Fajar mengintip di Ufuk timur
Hidup bak kuda kereta pedati, harus di pecut agar mampu lari dan melesat dengan cepat meninggalkan semuanya yang berada dibelakangnya. Filosofi kereta kuda pedati, ini cukup bisa memotivasi hidup ini, setelah berlari dan melesat bak roket segala hal dalam hidup ini akan kita lewati, bak kereta kuda pedati, kita akan melewati ribuan bahkan juataan kilo jarak dan melewati segala hal yang kita lewati dari hal yang indah sampai hal yang biasa ataupun hal yang luar biasa atau mungkin hal yang mejakitkan, semua itu akan kita lewati. Itulah hidup yang sebagian manusia dimuka bumi ini inginkan. Mampu melewati segala hal yang buruk dan indah di muka bumi ini, dan kata indah dan buruk sangat universal, indah juga bisa dikatakan kenyamanan hidup atau kaya raya, dan buruk juga bsa dianalogikan sebagai suatu kemiskinan dan kemelaratan. Kehidupan semacam itulah yang  telah sekarang di lakoni/lalui oleh hasan dan keluarganya. Hidup dengan berawal dari kesakitan dan penderitaan hingga mampu melalui dan menjadi jalan yang bagus dan berhenti disana.
Hasan adalah sang fajar yang mengintip di ufuk timur, dipagi itu. Dia untuk pertama kalinnya melihat dunia dan memutuskan untuk tetap naik dan menantang dunia. Dia terlahir sebagai seorang anak dari pasangan suami istri sarinah dan sarojo, mereka hidup disebuah rumah yang setengah jadi yang dirancang dan diarisiteki oleh sarojo sendiri walaupun masih setengah jadi cukup lah buat mereka, untuk bisa terlindung dari panasnyan segatan matahari di siang hari dan basah di hujan serta dapat berlindung dari dinginnya malam yang menusuk bukan itu saja desain atau rancangan rumah yang berbentuk rumah panggung mampu terhindar dari binatang buas yang mencari mangsa dimalam hari, maklum rumah mereka berada dipinggiran hutan Kalimantan disebuah desa terpencil yang saya rasa belum ada dipeta atau bahkan desa mereka belum terdaftar di data base Negara Indonesia sebagai salah satu desa terpecil suatu desa. Entah ini kenapa.


Di pagi itu sebagiain penduduk khususnya tetangga hasan dikejutkan dan dibanggun kan oleh tangisan bayi di pagi – pgai buta, Ini berawal dari tangisan dipagir hari yang membanggunkan tetangga hasan di seberang empang yang sebenarnya sungai yan tak lagi mengalir dimusim kemarau. Hasan lahir di pagi hari, pagi ini berbeda dengan pagi – pagi sebelumnya, tangisan yang mengema menadakan akan kelahiran hasan sebagai anak kedua dari pasangan sarinah dan sarojo, pagi itu, tepatnya pagi buta setalah adzan subuh mengeraung, hasan lahir dan untuk pertama kalinya melihat dunia ini, dunia yang fana dengan keindahannya dan kebusukannya,kejamannya, dll. Pagi itu tergesit senyum tenang dan damai yang terpancar dari wajah kedua pasangan ini, mereka memamerkan kebahagiannya melalui senyum sejuta makna walaupun hasan dengan tangisannya makin mengema dan mengeras bukanlah kekwatiran yang terpancar dari wajah pasangan iini bahkan makin lemar pula senyum mereka seiring tangisan hasan, entah apakah makna tangisan hasan, atau di merasa menyesal dilahirkan dunia yang tak bersahabat dan kejamnya tak bisa dikira, dan apa pula makna dari senym kedua orang tua hasan ini, senyumman yang tergores di pipi mereka begitu mengambarkan kelegaan, kebahagian dan kedamaina serta harapan besar yang mereka harapan dari kelahiran hasan, dan tak sedikitpuan ketakutan yang tergersit dipikian mereka, ketakutan yang akan menimpa mereka dan hasan, apakah mereka mampu membersarkan hasan denga kondisi pengetahuan dan keuangan ataupun perekonimian seperti ini, tak ada sedikit pun pikiran yang menganggu dibenak mereka apakah mereka mampu membelikan hasan sekotak susu dan roti, tak sedikitpun tergersit dipikiran apakah mereka mampu memberikan pendidikan yang layak kepada hasan sedangkan meraka kurang berpendidikan, mereka hanya puja semangat hidup yang tinggi dan memiliki semangat relaan berkorban yang besar dalam menjalani hidup, hanya itu satu – satu nya ilmu dlaam hidup ini yang mereka dapatkan dari kejamnya dunia dari terpaan bertubi – tubi masalah hidup yang menerpa mereka, penderitaan, tangisan, keharuan, kesakitan dan semua itu di mix dan di komposisikan dengan apiek hingga mereka memetik suatu ilmu yaitu keikhlasan dan kerja keras. 


Pagi itu kedua pasangan ini sibuk  dengan acara selamatan alah kampong hanya sekedar ucapan syukur pada sang akhlik akan kelahiran hasan ke permukaan bumi  ini.
Seiring dengan waktu hasan tumbuh menjadi seorang anak kecil yang gagah dan pemberani dia, menjadi seorang yang sangat disengani oleh teman – temanya, ini tidak lain karena didikan sang ayah karena sebagai seorang anak laki – laki dia harus mampu melakukan pekerjaan – pekerjaan seorang laki – laki, dna itulah yang dia miliki, walaupun masih 8 tahun hasan sudah memiliki banyak keterampilan melebihi anak berumur 18 tahun, dia mampu berlayar dilautan dan mampu mencari kayu dihutan dan mampu mencari makan dihutan dan mengetahuai segala hal yang bisa dimakan, bisa mengetahuai jenis – jenis pohon ataupun tumbuh- tumbuhan yang bisa dijadikan obat tradisional dan paham sekali dengan binatang – binatang  hutan yang berbahaya dan tahu dimana dan kapan mereka mencari mangsa, serta tahu semua hal yna berbau mistik dengan hutan tersebut. Anak seumur itu tahu banyak hal, dan ini tidak lepas dari peran sang ayah yang sering menbawanya kemana – mana hingga hasan bisa belajar banyak hal.
Dari situlah saya mecoba memahami filosofi hidup hasan dna keluarga, mereka berpikiran tak ada uang tanpa bekerja. Diumur 8 tahun, desa hasan sudah berkembang pesat, desa ini sudah mulai dipandang banyak kabupaten dan propinsi sebagai sebuah desa. Ini karena di perut desa tersebut di temukan sumber daya alam yang amat luar biasa besar nilainya yaitu batu bara dan sekian persen terdapat emas.
Mulai dari situlah desa ini mulai berkembang dan menjadi salah satu desa yang ramai oleh orang – orang pendatang yang hidup dari tambang batu bara yang dibuka, mereka adalah orang orang ahli para pekerja yang paham akan tambang beserta alat – alat canggihnya yang mampu menyedot hasil bumi ini. Dengan begitu makin keras lah kehidupan hasan beserta keluarga mereka tak mampu bersaing dengan para pekerja ahli tambang mereka tak mampu menikmati hasil kekayaan desa mereka, mereka tak bisa tak terlalu bodoh untuk hal iitu,
Tapi tidak bagi hasan, dia mampu hidup ditengah kerasnya hidup, dia mampu memanfaatkan kondisi dan medan tempur hidup ini, hasan berada di tengah perangan hidup ini, hidup sebagai seorang yang tak mampu melakukan tak memiliki keahlian dalam hal tambang tapi dia lihai melihat situasi, dan filosofi hidup yang telah ditancapkan oleh kedua orang tuanya tak sesekali dia melanggar atau mengangacuhkannya yaitu tak ada uang tanpa kerja keras dan usaha.
Didesa itu hasan bergaul dengan anak – anak tambang atau lebih tepatnya anak – anak yang bapaknya bekerja ditambang anak – anak yang memiliki ayah yang mempunyai kemampuan teknik akan tambang. Dan dia bergaul dengan siapa saja disana. Dengan kondsi desa yang belum tersentuh oleh yang namanya PDAM dan sama sekali bereka tak kenal yang namanya pembangunan infrastrukutur tak tau itu apa. Dengan begitu desa ini tetap lah desa yang terpencil yang tak memiliki fasilatas pelayanan public seperti air bersih, listrik PLN, jalan ber aspal. Dan ini lah yang menjadi lahan penghasil uang bagi hasan yaitu sebagai penjual air bersih yang diangkutnya dari gunung yang selalu bersahabat dengan dia. Bagi ibu – ibu muda yang suaminya bekerja ditambang yang lagi hamil tua dan butuh bantuan untuk menjalankan pekerjaan rumah dan butuh air bersih untuk minum dll. Maklum desa ini tak ada yang namanya air tanah ini karena desa ini memiliki struktur tanah gambut, dan air hanya ada di daerah tertentu seperti gunung atau daerah yang memiliki hutan lebat, tapi desa ini tak memilikinya
To be continous……..

0 comments:

Post a Comment

Followers

Pages

Sample Text

apalah
Powered By Blogger