Subscribe to RSS Feed

Tracking To Gunung Sindoro

Monday 25 October 2010 by Zulmaidi


Tanggal 15 -16 oktober 2010
Penjelajahan Gunung Sindoro
Menyenangkan sekaligus melelahkan, dan nyaris tewas *lebay. Itulah pengalaman pertama saya melakukan pendakian, hiking. Iya.....mendaki adalah bagian dari bentuk pengaguman dan pengakuaan secara dalam akan kebesara Tuhan yang Maha Esa, sebagai bentuk pertualangan mencair kepastiaan ditengah ketidak pastian. Dipuncaklah kita akan merasakan semuanya, merasakan kehebatan, keluarbiasaan Tuhan, kedikdayaan Tuhan, keindahan Tangan Tuhan hingga menghasilkan pemandangan yang luar biasa, yang tak akan pernah manusia dapat ciptakan. Pendakian dengan kesan pertama yang sangat mengesan bahkan berbekas, terimakasih kawan, idam dan kawan – kawan pendakian lainnya yang saling berbagi dan sangat bersahabat. Mungkin tanpa kalian kita tak akan punya semangat untuk mencapai puncak.
Menuju Sindoro:
Disambut dengan perkebuanan warga dan rimbunnya pohon cemara yang melambai lembut menyambut kedatangan kami.
13.45
Dari jogja kami berangkat dengan memanfaatkan angkutan bis antar kota, kami start dari jombor menumpang bis jurusan kesemarang dan kota tujuan pertama kami adalah magelang, dan sesampainya magelang kami kembali memlanjutkan perjalanan ke wonosobo melalui temanggung, dimana dsanalah letak gunung sindoro dan sumbing, kedua gunung ini sering disebut gunung kembar, karena mereka sekilas hampir mirip dan lagi pula letak mereka bersebelahan. Kami sempat kwatir dan waswas karena disepanjang perjalanan menuju wonosobo, hujan terus menguyur, dari jogja menuju magelang begitupula temanggung tapi alhamdulillah kwatiran kami sirna karena memasuki atau mendekati daerah wonosobo hujan mulai menghilang dari pandangan. Didalam bisa, gunung sindoro terlihat samar – samar, begitu pula dengan kembarannya gunung sumbing terlihat perkasa, puncaknya tampak menusuk ke langit menjulang tinggi. Begitu mengiurkan untuk ditaklukkan.
Baru memasuki area basecamp dingin mulai merasuki, daerah ini begitu dingin. Saya sudah tak terbayangkan bagaimana dinginnya kalau sudah berada dipuncak. Wow.....!!! demi pengiritan dan penghematan biaya kami bertindak nekat, yaitu mendaki tanpa melalui basecamp. Tanpa adanya pendaftaran terlebih dahulu, ini cukup nekat menurut saya. Jika hilang sudahlah....tamat! The end. Tak akan ada yang akan mencari. Kami pendaki ilegal. Atau tak terdaftar dibasecamp. Ya sudahlah kalau ada apa – apa Terkubur dialam. *biaya daftarnya cukup mengorek kantung bung....hehe..:D
18.55
Setelah sholat magrib dan dilanjutkan sholat isya yang dijamak. Dan mengisi energi sejenak, makan sop lemak dan sate lemak,* begitu saya menyebutnya. Kami mulai menapaki jalur tracking menuju pendakian. Dan kesan pertama, dari desa terdekat basecamp, menuju pendakian teramat jauh. Energi sudah cukup terkuras menuju area pendakian, masyallah... Kami harus berjalan kira – kiran 3 Km lebih kira2 2-3 jam hanya untuk menuju pendakian yg sebenarnya atau lebih tepatnya kaki gunung atau daerah yang landai dimana disana adalah awal pendakian, menyelusuri perkebunan warga, dari kebun jangung, padi, tembakau, cabe, dll. Setelah itu kita akan disambut rimbunnya padang cemara, pohon cemara akan mendampiki para pendaki dalam tahap awal pendakian, track dan jalur kami lalu sangat dan teramat ekstrim menurut saya.  Jalur dipenuhi dengan bebatuan yang berukuran kecil maupun besar, licin, sempit, ditambah dengan udara dingin yang menyengat, dalam batin bergumam ini bukan pendakian tapi manjat tebing. Kita tak bisa hanya mengandalkan kedua betis kami untuk naik tapi tangan harus ikut membantu, menarik dan mengangkat tubuh ini, seperti merayap kawan, bayangkan!!! Saya sudah terlihat seperti spiderman, mungkin atau bahkan lebih hebat dari spiderman. Tapi semua itu bisa diimbangin dengan keinginan dan semangat yang beluap - luap untuk daapt sampai kepuncak, dan semua halangan dan rintangan yang menghadang kita lewati dengan berlahan – lahan tapi pasti. Walaupun terkadang kami terpelesat, tersungkur, tergopong – gopong, terengah - engah mengangkut barang bawaan yang begitu berat, terutama teman – teman yang membawa rangsel idam, adrok dan bayu, kasihan mereka!!! Tapi hebat kawan,,,,anda termasuk manusia – manusia perkasa, walaupun tubuh tak mampu menahan beban yang begitu berat tapi semangat kalian begitu besar melebih kekuatan tubuh kalian. Salutttttttttttt,,,,,*bukan tu makanan mas! Gery Salut......:D
Menuju Puncak Sindoro: padang sabana Eldeweis
02.52
Setelah melewati pos 1, pos 2 dan pos 3, harapan mencapai puncakpun makin membumbung tinggi, walaupun kondisi tenaga dan fisik makin menurun dan merosot. Sampailah ketitik tidak mampuan dan dengan kelelahan tingkat tinggi, serta menahan sakit di seluruh bagian betis, dengan nafas tergiah – giah, kira2 ¼ perjalan mencapai puncak kami memutuskan untuk beristirahat dan tidur, dimalam itu, didini hari itu. Kira – kira jam 3 pagi. Dan jadwal istirahat dan tidur hanya 2 jam, sampai jam 4 kemudian melanjutkan kembali pendakian menuju puncak. Dimalam itu, dalam tidur kami udara dingin tak henti – hentinya menyerang tubuh yang sudah lunglai ini, begitu sakit! Tangan dan telapak kaki terasa mati rasa, kaku dingin. Dan lebih kasihan teman – teman tidur tanpa sleeping bad. Dan saya termasuk orang yang bersyukur karena membawa sleeping bad, tapi sleeping bed ini tak banyak berguna karena dinginnya begitu dahsyat hingga menembus sleeping bed. Tapi lumayan lah jika dibandingkan dengan sebagian teman – teman yang tidur tanpa sleeping bed, sya tak bsa bayangkan bagaimana dinginnya. Saya saja yang masih mengunakan sleeping bed! Sudah merasa dikutub. Kira 1 jam setengah saya tidur, dan saya berencana untuk melanjutkan pendakian, sedangkan teman – teman masih sibuk dengan aktivitas menghangatkan tubuh, sembari menyuruput mie instant yang telah dimasak, begitu juga saya mengisi energi dengan 2 sampai 3 sendok mie instant yang mengisi rongga lambung saya, hanya sekedar menambah energi untuk pendakian. Setelah itu sya memulai mendaki lagi, dimana sebelumnya sudah didahulu oleh sodara adrok....yg mengambil start lebih awal dan yang lainnya masih berada dibawa, sibuk menghangatkan tubuh. Saya orang kedua yang smapai kepuncak dan sejam kemudian diikuti dengan teman – teman, asrof, mas agung, idam, iyan, bayu yang saling berurutan.
diketinggian 3050 m, Courstesy of Iyan

Nampak Puncak Gunung Sumbing nan menawan di puncak sindoro.

latar kawah sindoro yg sudah wafat.


05.04
Sesampainya dipuncak semua kelelahan dan keletihan sirna sekejap melihat  sang mentari yang begitu gagah muncul di balik gumpalan awan yang indah, sunrise kawan,,,,,,,,,,,,,ini yang namanya sunrise ........... begitu indah dan mempesona. Saya terbenung sejenak, terperangah! Saya sapu pandangan searah jarum jam, dari arah utara, barat laut, barat, tenggara, selatan, barat daya, timur dan timur laut hanya tampak padang edelweis, padang sabana serta kawah mati sindoro, dimana dahulu kawah ini adalah kawah menakutkan dengan larva dan magma yang mendidih diperut bumi, tapi sekarang hanya tanpak bebatuan dan dinding kawah yang berpola garis akibat kikisan larva yang menyembur. Dan berucap puluhan pujian dan syukur dihati. Akan keindahan ciptaan tuhan. Sedangkan Awan nampak sangat indah mereka terlihat bertekture, berpola dan tampak ada garisan tampak ada tangan yang membuat awan ini terlihat lebih hidup, ada yang bergelombang dan berbentuk riak –riak air, ada yang terlihat berlapis dan banyak lagi kawan!!!!!
Sedangkan Didepan kami tampak puncak gunung sumbing yang megah, dan dibelakang tampak puncak gunung slamet yang samar – samar dikejauhan, disebelah barat dari gunung sumbing juga tampak  puncak gunung entah gunugn apa itu, kemungkinan merapi ujar kawan kami. Biasan sang mentari yang nerpa gerombolan awan menghasilkan warna merah jingga, yang begitu menawan dan memanjakan mata dan jiwa ini. “kepuasaan puncak” begitulah saya menjebutnya. Dan sesaat itu juga, sindrom puncak gunung menyakit dan melekat erat dalam tubuh ini, sindrom puncak dimana tak ada keinginan untuk turun dan berkeinginan untuk bisa menetap disana dan membangun pondok kecil, biar setiap hari saya dapat melihat sunrise dan bahkan sunset. Mantafffffffffffffff.......
09.30
Setelah puas menikmati karya sang ilahi maka kami putuskan untuk turun dan mulai berkemas. Dan tidak lupa supply energi ditubuh harus di isi full, it is time makan mie instant,haha,,,:D dan mengurangi beban turun, semua bekal makanan hampir kita santap habis kecuali air putih dan sedikit makanan kering dan roti. Perjalanan turun adalah salah satu perjalan yang paling melelahkan, dan lebih sulit dari pendakian. Kaki harus mennopang dan menahan tubuh pada saat turun. Alhasil mendekati desa atau basecamp, kaki kami semua hanya bisa diseret dan hanya dapat berlangkah kecil. Atau lebih tepatnya Jalan ngesot......karena tak kuasa menahan sakit dilutut dan dihampir semua bagian betis. But,,,,no problem!!! Kepuasaan telah terpenuhi, secara keseluruhan Happy and Fun, kawan.....!!!!

0 comments:

Post a Comment

Followers

Pages

Sample Text

apalah
Powered By Blogger